Hantu FotoGuntur dan gerimis mengiringi kedatangan Dani ke rumah bibinya. Seperti biasa, setahu sekali Dani selalu datang ke rumah bibinya, yang ia sudah anggap sebagai ibunya.“Bibi, aku pulang!!”Panggilan itu diulang lagi oleh Dani, tetapi tak dijawab juga. Dani pun memberanikan dirinya menelusuri ruang demi ruang yang ada di rumah bibinya. Akhinya Dani melihat sesosok wanita yang duduk di samping seorang lelaki. Di ruangan yang pengap sekali.“Bi…….Bibi….”“Oh, kamu Dani…….” Bibi Dani menghhusap air mata yang membasahi matanya.“Kok bibi nangis ?! ”“Enggak kok. Bibi hanya……”“Itu siapa, Bi?” Unjuk Dani kepada lelaki yang duduk dengan kaki terpasung.“Kamu tentu masih ingat kan, ini Sandri, yang dulu sering main sama kamu waktu kecil.’Dani berusaha mengingat – ingat nama itu, sesekali ia memukul kepalanya. Akhirnya ia ingat dengan sosok lelaki itu.“Oh, Sandri!! Yang dulu sering ngambil mangga tetangga ya bu ?! Kok dia sekarang seperti ini sih Bu!?Air mata bibi keluar duluan sebelum ucapan darinya keluar. Bibi terlihat sedih sekali untuk menceritakan hal ini. Setelah terdia beberapa saat, akhirnya bibi mau menceritakan hal itu.“Begini ceritanya, nak.”****“San…..San……” teriak sesosok wanita dari kejauhan.“Siapa ya……!?” Sandri berusaha mengingat – ingat lagi sosok wanita itu, yang terus berlari ke arah dia.“San…..kok bengong aja? Bingung ya ngelihat aku? Atau kamu lupa sama aku?”“Kamu siapa ya…? Kayaknya kita pernah ketemu”.“Ini aku, Siska. Teman kamu waktu SMA dulu. Masa kamu lupa!!!”Sandri berupaya untuk mengingat- ingat nama itu, Siska yang melihat Sandri berpikir keras, juga membantu Sandri untuk mengingat – ingat lagi dirinya, dengan menunjukkan foto – foto waktu mereka SMA.“ Oh, kamu, Siska, yang dulu pernah menang lomba menyanyi tingkat provinsi kan!!”“Nah, itu baru ingat. Dasar master pelupa!!” Siska menjitak kepala Sandri.“Ya…maklum!! Banyak bacaan yang harus dihafal, jadi urusan yang kayak begitu kadang suka lupa.”“Memangnya sekarang kamu jadi apa?”“Fotografer. Eh, kamu mau ikut aku makan siang nggak?”“Mmm……boleh,” Siska langsung menggangdeng tangan Sandri.“Dasar, master makan sama master rayu!!”Siska menjulurkan lidahnya kepada Sandri.
Seakan tak menghiraukan ucapan Sandri. Mereka meluncur ke tempat makan favorit mereka. Sandri memesan nasi uduk dengan semangkuk sup ayam didepannya serta lemon tea, sedangkan Siska hanya memesan sepiring pie apel kesukaannya dan segelas susu hangat.“Ngomong – ngomong sekarang kamu kerja jadi apa?””“Aku jadi editor majalah misteri.’ Ucap Siska sambil melahap sesendok pie yang dipesannya.“Kok kamu malah kerja jadi editor majalah misteri. Bukkanya kamu dulu takut sama yang berbau misteri.”“Yah…apa mau dikata. Kerjaan sekarang semakin sudah didapat. Bukan hanya IT, atau kerjaan banking yang susah untuk dapatinnya. Kerjaan seperti aku saja, yang kata orang – orang nggak menghasilkan duit lebih, malah susah juga dapatinnya.” Siska menggambil sebuah catatan kecil dan majalah misteri dari tasnya. Sepertinya ada yang mau ditanyakan kepada Sandri.“San…waktu itu, aku menulis sebuah kasus. Kamu lihat disini deh!!” Unjuk Siska kepada sebuah foto dan artikel di majalah itu, “ Foto cewek itu kelihatan samar dan terpisah dari foto – foto lain. Foto ini diambil tanggal 12 Agustus, dan cewek ini meninggal keesokannya.”“Terus?”“Kamu kan seorang fotografer. Kamu tahu nggak sebab – sebab foto seseorang bisa buram?”“Ehm…biasanya pada saat memfoto kurang fokus, ketajaman lensanya kurang diatur.....”“Atau bisa juga ada hantu foto!?” Siska langsung memotong penjelasan Sandri. Bulu kuduk Siska langsung merinding, ia langsung menutup majalah yang ia tunjukkan kepada Sandri.“Dasar penakut!! Nggak mungkinlah ada hantu foto!!”“Eh, bi….bisa aja tahu!! Kasus ini sudah menimpa sekitar 5 orang dalam jangka waktu satu bulan.”“Ya…nantikamu yang keenam, nanti ia datang ke rumah kamu dan berkata Siska ikut dengan aku!!!Hi..hi..hi!!” kata James seraya menjulurkan tangannya ke arah Siska. Siska yang ketakutan langsung menutupi wajahnya.“James, sudahlah!!! Aku takut tahu!!”“Makanya jangan berpikir yang nggak – nggak!! Jadilah orang yang selalu berpikir positif dan jangan mudah percaya.” Jame skembail melanjutkan makannya setelah puas menakut – nakuti Siska.“Ya…deh. Aku nggak mudah percaya lagi.” Siska mengambil minuman yang sudah tersedia di depannya“Tapi bisa juga sih….” Ucap Sandri perlahan.“Nah, sekarang kamu yang berpikiran kayak begitu!”“A…aku…cuma… Sudahlah, aku mau balik dulu!!” Sandri langsung memanggil pelayan untuk membayar pesanan mereka, lalu bergegas pergi tanpa menghiraukan Siska.“Dasar egois, giliran dia yang takut, malah langsung kabur aja!!” gumam SiskaSelama perjalanan, Sandri terus memikirkan apa yang dikatakan Siska barusan. Ia terus berpikir apakah kasus yang menimpa cewek itu benar kecelakaan murni, atau memang ada campur tangan hantu foto. Sesekali ia berusaha melepaskan hal itu dalam benaknya, tapi hal itu terus menggantung dipikirannya.Keesokan harinya, Siska datang ke tempat kerja Sandri.
Sandri pun kaget ketika mendapati Siska datang dengan raut wajah yang stress, dan kurang tidur juga. Seperti orang begadang, begitulah banyak orang menggambarkan raut wajah seperti itu.“San….” Panggil Siska dengan pelan.“Kenapa, Sis? Kok kayak orang stress begitu? Ada masalah ya?”“Ya….aku nggak bisa tidur. Di mimpiku ada seorang cewek yang datang ke kamarku . Cewek itu terlihat sangat pucat. Ia duduk disampingku. Semula aku heran kenapa ia bisa masuk ke kamarku, aku berusaha bertanya kepadanya, tapi ia tak merespon. Lalu, ia menjulurkan tangannya ke leherku, dan mencekiku sekeras mungkin. Aku berusaha melawan, tapi tak bisa. Aku yang serasa sudah mau mati, akhirnya terbangun dari mimpiku itu dan kulihat ke sekelilingku tidak ada sesuatu yang terjadi.” Siska lemas, sangat lemas sekali. Sandri mengambil kursi dan segelas air putih untuk Siska. “Kamu nggak coba untuk tidur lagi?” “Tidak bisa, San!!! Aku berusaha untuk tidur lagi. Memejamkan mataku, tapi wajah perempuan itu terus muncul dimimpiku.”Sandri bingung. ”Mengapa arwah perempuan itu mengganggu Siska? Apakah Siska ada masalah dengan wanita itu?” gumamnya“Aku sepertinya tak ada masalah dengan siapapun, termasuk orang yang meninggal dunia. Tapi, kenapa ???!!” “Mungkin kamu harus berkonsultasi dengan psikiater atau juga kepada ahli – ahli agama.”Siska hanya mengangguk kecil, seakan sudah mengiyakan saja apa yang dikatakan oleh Sandri. Pikirannya masih kosong, apa yang akan dilakukannya masih belum ia pikirkan.“Kamu nggak kerja hari ini ?”“Nggak, aku cuti. Mungkin aku juga ambil cuti selama seminggu. Untuk menenangkan pikiranku.”“Sudah, pulang sana. Tenangkan pikiranmu dulu. Atau kamu ingin di kantorku? Temani aku bekerja?“Nggak, aku mau pulang dulu, thanks ya.”“Sama – sama. Hati – hati di jalan!!”Teriak Sandri dari ruangannya kepada Siska, yang hanya terdengar sedikit oleh Siska.Sandri makin bingung akan masalah Siska. Ia membeli majalah – majalah misteri, termasuk majalah kepunyaan Siska dan buku – buku psikolog. Ia membaca semuanya, namun tak menemukan masalah – masalah seperti Siska dan pemecahannya. Kemudian ia mengambil buku fotografi sewaktu ia kuliah, disitu hanya dijelaskan foto – foto penampakan oleh sebuah foto polaroid ataupun digital, yang belum terbukti kebenarannya. Ia pun semakin bingung, apakah benar hantu foto itu sengaja menggangu kehidupan Siska? Apakah maksud dan tujuan si hantu itu?Keesokan harinya, Siska kembali datang ke kantor Sandri, namun ia tak menemukan Sandri di ruang kerjanya. Ia pun mencari Sandri di tempat pencucian foto, karena pikirnya Sandri pasti sedang mencuci foto atau sedang memotret. Siska masuk ke ruangan itu dan memanggil Sandri dengan suara yang lebih pelan dari kemarin.
Sandri menoleh dan kaget ketika ia melihat raut muka Siska lebih muram daripada yang biasa. “Kenapa lagi, Sis? Ia datang lagi? Pakai cara apa lagi,?”“Lebih sadis lagi dari yang kemarin, Ia datang ke kamarku dengan membawa pisau dapur, aku yang melihat pisau itu berusaha bangkit, tapi ia memegang tanganku dan menutup mulutku dengan tangannya, kemudian ia menusukkan pisau itu ke tubuhku sebanyak 13 kali, pada hujaman terakhir, akupun bangun lagi dari mimpiku.”“Kamu sudah konsultasi belum?”“Sudah…aku sudak konsultasi dengan psikiater. Katanya aku mungkin sedang banyak pikiran sehingga aku berpikir yang tidak – tidak. Kepada ahli agama aku disuruh untuk sering berdoa kepada Tuhan.“Ya, kamu ikuti kata – kata mereka!!”Siska mengangguk“Kamu sedang apa?” tanya Siska “Lagi mengeringkan foto – foto ini. Kamu mau lihat nggak, ini foto – foto yang tadi baru aku cuci.” Sandri menyerahkan foto – foto itu kepada Siska. Siska melihat foto – foto itu dengan seksama, namun ia terkejut pada satu foto, foto itu mirip sekali dengan foto pada majalah misteri yang ia bawa. “San… Fo..foto ini mirip dengan foto pada majalah misteri itu.”Sandri mengambil foto itu dari tangan Siska, ai melihat dengan seksama.“Apa!! Nggak ada apa – apa. Kamu mimpi kali!? Mungkin kamu kurang tidur jadi mata kamu kurang melihat dengan jelas!”“Nggak kok, aku benar – benar melihat itu. Foto itu mirip banget sama foto di majalah itu.”“Mungkin kamu mimpi kali!! Sudahlah, aku mau taruh foto – foto ini dulu.” Sandri mengambil foto – foto itu dari tangan Siska.*“San….”ucap Siska di telepon.“Kenapa?”“Lusa, tanggal 13 aku mau pergi ke psikiater di luar kota. Besok bisa ketemuan?”“Bisa….bisa kok. Mau jam berapa?” Sandri langsung mengambil HP-nya dan membuka pengingat, untuk mencatat pertemuan mereka.“Jam 10.30, bisa?”“Jam 11.00 bisa nggak? Soalnya aku ada rapat sekitar jam segitu.”“Boleh, kita ketemuan di taman kota ya.”“Oke.”Sandri langsung meluncur dengan motornya ke taman kota, tempat mereka bertemu.
Disana Siska sudah menunggu dengan mantel kotak – kotak dan dandanan yang sangat natural sekali. Ia juga membawa 2 buah soda dan sebuah kamera.“Sis….sorry telat. Tadi aku baru selesai rapat jam 11.00” “Nggak apa – apa kok. Nih, soda buat kamu.”“Makasih. Kamu kenapa, kok ngajak ketemuan? Memangnya ada masalah lagi?” “Nggak, cuman salam perpisahan. Besok kan aku mau pergi, jadi aku ingin ketemu kamu untuk yang terakhir kalinya.”“Ah, kan cuman keluar kota doang.”“Siapa tahu besok aku udah nggak ada di dunia ini lagi!”Bulu – bulu kuduk Sandri berdiri, angin yang menyentuh kulitnya membuatnya ia gemetar. Kata – kata Siska membuat ia ketakutan.“Sis, jangan ngomong kayak begitu dong. Aku takut nih!!”“Loh, bukannya kamu bilang jangan berpikir negatif atas apapun. Kamu jangan pikiran negatif dulu terhadap kata – kataku. Kan kematian datangnya tiba – tiba.”“Oke..oke…Aku mengaku, tapi jangan ngomong kayak gitu lagi.”“Ya…ya…San, kita foto yuk. Buat tanda kenang – kenangan.”Mereka pun berfoto dengan pose mereka masing – masing , mereka berdua sangat senang. Sepertinya masalah - masalah mereka sirna sudah.“Tolong cuci foto itu ya, untukku.”Siska menyerahkan kameranya kepada Sandri.“Tenang saja, besok sebelum kamu pergi, aku akan memberikan ini kepadamu.” Sandri langsung menyimpan kameranya, seakan tak ingin kehilangan momen – momen indah mereka.“Makasih…”*Keesokan paginya, sebelum Siska pergi, Sandri mencuci film di kamera Siska, yang dititipkan kepadanya untuk dicuci. Sandri mencuci foto itu dengan sebaik mungkin, setelah foto itu ia cuci dan keringkan. Alangkah kagetnya Sandri, semua gambar – gambar Siska buram, sedangkan ia tidak.“Kok, gambar Siska buram ya? Padahal semuanya telah kufoto dengan baik.” Sandri pun bingung, lalu ia terpikir sesuatu, kemudia ia mengambil majalah – majalah yang menyimpan foto – foto itu. Ia mencocokannya dan ternyata mirip. Ia memeriksa foto itu dengan seksama, terutama gambar Siska, ternyata dibalik foto itu ada bayangan perempuan disamping Siska, yang menyelimuti gambar Siska dengan tubuhnya, sedangkan wajah Siska dihalangi oleh rambutnya.“Kok, ada per…em…puan…di…foto…i..tu…ya…?” Sandri melempar foto – foto itu. Ia sangat takut, takut sekali.Tiba – tiba ponselnya berbunyi, ia menerima sms dari Siska.“San, udah cuci fotoku belum? Aku udah mau jalan, entar kamu titipkan ya, sama Bibi Surni. Dah…”“Gawat, aku harus menyusul Siska, dan mengatakan bahwa ia tidak boleh pergi, akan ada bencana besar menimpa dia, seperti korban – korban lainnya.”Sandri pun bergegas menuju motornya dan mengendarainya menuju rumah Siska. Akhirnya, ia sampai di rumah Siska, tapi ia sudah pergi.“Kemana ia pergi, bi!?”“Tadi sih ke arah sana, den. Emangnya ada apa, den?” ucap Bibi Surni sambil menunjuk arah yang dilalui oleh SiskaSandri langsung menelusuri jalan yang ditempuh Siska, tapi sampai tengah jalan motornya mogok, terpaksa ia menintipkan motornya, dan berlari menuju mobil Siska yang sedang antri bersama mobil lainnya di lampu merah. “Sis…sis..tunggu aku. Kamu jangan pergi!!” ucap Sandri berulang – ulang sambil berlari menuju mobil Siska. Namun, asmanya kambuh pada saat perjalanan.“Ayo, dong asma jangan kambuh.” Sandri berusaha sekuat mungkin untuk berlari, tapi ia sudah lemas, ia pun mengeluarkan inhalernya dan duduk di jalanan untuk berstirahat sebentar. Tapi mobil Siska sudah jalan bersama mobil yang lainnya.
Di lain arah, ada sebuah truk gandeng yang menerobos lampu merah, dan menabrak deretan mobil di depannya, termasuk mobil Siska.“Siska…..Siska!!!!!” teriak Sandri sekencang mungkin di antara sekerumunan orang yang berlari menuju lokasi kejadian.**“Jadi, Sandri melihat denagn mata kepalanya sendiri temannya tewas dengan tragis.” Tanya Dani kepada bibinya yang terus menangis menceritakan kisah anaknya.“Ya….setiap hari ia memanggil nama temannya, warga sini sudah mengira ia gila dan memaksa ibu untuk memasung dia, akhirnya ibu lakukan saja, dengan terpaksa tentunya.”“Ibu sudah membawanya ke psikiater?”“Sudah banyak psikiater yang ibu kunjungi, termasuk ahli – ahli pengobatan, namun ia tak sembuh juga. Sepertinya ini penyakit yang sulit disembuhkan.”“Tabah ya, Bi” Dani menempuk pundak bibinya, bibinya sangat terpukul atas kejadian – kejadian itu.“Makasih. Ayo makan dulu. Kamu pasti sudah lapar.” Mereka berdua pun bangun dari temat duduk mereka yang sudah mereka tempati selama beberapa jam. Namun, sesuatu yang terselip di tas Dani, jatuh dan mengenai wajah Sandri.“Ups…maaf. Sini saya ambil.”Sandri tak mengembalikan barang itu, ia melihat isi dari kantong tersebut, dan ternyata adalah foto – foto kepunyaan Dani, setelah ia melihat dengan seksama. Ia menangis dengan kerasnya, seperti waktu ia melihat kematian Siska.“Dia datang lagi, dia datang lagi. Dia akan membunuh kerabatku lagi!!!” Kata – kata itu terus diulang dengan suara yang keras. Ibunya Sandri langsung menenagkan Sandri. Ia pun melihat foto – foto yang dipegang oelh Sandri, ia tercenang akan foto –foto itu.“Dani, hati – hati!! sesuatu yang hebat akan menimpa kamu, sama seperti yang dialami Siska.”“Ma…maksud Ibu!?” tanya Dani heran“Ya…kematian mengenaskan oleh hantu foto.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar