Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
Tergadah padaku, pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa
Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil
Pulang ke bwah jembatan yang melulur sosok
Hidup dari kehidupan angan – angan yang germelapan
Gembira dari kemayaan riang
Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral
Melintas – lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kau hafal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk bisa membagi dukaku
Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil
Bulan di atas itu, tak ada yang punya
Dan kotaku, ah kotaku
Hidup tak lagi punya tanda
(Toto Sudarto Bachtiar, tonggak 2, hlm. 3)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar